Posts

Showing posts from February, 2019

Dia berangkat ke Jawa karena dia mau melanjutkan

Entah kapan akan kembali. Saya memintas melewati persawahan menuju rumah si Dul. Sebab jika lewat jalan besar bisa bertemu orang, Sampai di rumah si Dul, dia sudah standby mengepit buntelan berisi kain batik bagus-bagus, berikut perhiasan emas, milik uninya almarhumah Nurtini. Kami lari-lari kecil menuju kota Bukit- tinggi, berjalan kaki sekitar 25 km, lewat desa-desa Pantar Kampung Pisang, Sungai Jaring, dan Lambah Sianok. Zaman itu mobil penumpang umum hampir tidak ada. Kalau pun ada pakai minyak karet. Dalam perjalanan, berpapasan dengan beberapa orang yang kami kenal. Kami katakan mau ke Padang menggaleh (menggalas, berniaga). Waktu itu memang orang ramai ke Padang, setelah Jepang kalah dalam perang dunia II lawan Amerika dan sekutunya. Kota ini sedang terbuka untuk berdagang. Orang percaya karena saya dan Dul sedikit banyak memang turunan orang manggaleh Setiba di Bukittinggi, kami menuju rumah Mak Kari di Tembok. Bagi saya beliau memang mamak (om) sedangka

Dari setoran itu, saya kebagian 5-10 persen.

Apalagi masuk MULO (Meer Vitgebeid Lager Onderwijs) kira-kira sama dengan SMP sekarang. Sekolah tersebut di Sumatra Barat waktu itu hanya dua, masing-masing di Bukittin ada pula sekolah guru rendah Kweekschool dan sekolah mendidik pribumi menjadi pegawai/pamong, OSVIA (Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) Jauh sekali untuk mencapai AMS (Algemene Middelbare Schoo) yang hanya ada di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta Mereka yang masuk ke sekolah Belanda itu dilihat dulu siapa orangtuanya, kerja di mana dan berapa pajaknya (belasting). Pajak ini untuk mengetahui berapa penghasilan seseorang tiap 47 asa MINGGAT PERTAMA: SUDAH MALAS SEKOLAH INGIN MENGGALAS esungguhnya saya sudah malas sekolah. Saya ingin menggalas (jadi pedagang) dari pekan ke pekan. Itu telah saya lakukan secara kecil-kecilan, dagang beras, kelapa, cabe, durian, dan apa saja. Beras dibeli di Palembayan, 18 km dari Lawang. Beras dibeli di Palembayan, 18 km dari Lawang Dijujung di atas kepala dengan kemampu

Pulang sekitar pukul 17.00 sore

Selain rukuk dan sujud itu, sebanyak mungkin pula kita membaca kitab suci Quran. Dalam bulan inilah Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad, Rasulullah terakhir. Quran memberi petunjuk batas-batas antara hak dengan yang batil. Selama Syah- ruttilawah kita menekunkan diri untuk mamahami makna seluruh isinya. Toh pekerjaan kita dalam 24 jam bukan cuma sembahyang. Rezeki tak akan datang dengan sembahyang dan mendoa menengadahkan tangan saja. Allah menyuruh agar kita setiap hari mencari nafkah halal, membanting tulang semenjak usai salat subuh, fantasiru fil ardh. Namun, jika kesanggupan kita cuma bisa misalnya 1.000 rakaat saja termasuk salat wajib berarti 1.000 kali kita minta petunjuk-NYA menempuh jalan lurus. Begitu pula pernyataan mengabdi pada-NYA (na'budhu) dan minta pertolongan-NYA (nasta'n). Toh pekerjaan kita dalam 24 jam bukan cuma sembahyang Beribu kali pula kita minta ampun dan minta rezeki serta segala aspek kehidupan.Tetapi semuanya percuma, walau Al

Watakusi wa Nippon go wo sukoshi wakarimash

Mereka minta kami membawa daun bunga raya guna bahan baku pabrik. Tidak gratis tapi mereka beli. Kamí gembira mendapat uang kertas baru. Di antara kami ada yang nakal mencampur dedaunan lain mirip bunga raya. Untung tidak ketahuan. Petugasnya menimbang sembrono tidak cermat. Apabila ketahuan, Jepang ringan tangan menampar diringi hardikan, "Bagero!" Pabrik kertas itu sudah mati sejak angkat kakinya Jepang. Petugasnya menimbang sembrono tidak cermat Tetapi sampai kini cerobong pabrik itu masih berdiri di atas puing PENDERITAAN DI ZAMAN JEPANG YANG positif selama penjajahan Jepang, Pemerintah Pen- dudukan Militer itu memberi peluang pada pemuda-pemuda Indonesia menjadi lasykar, Giu Gun dan Heiho. Diberi latihan militer. Bagaimana pun itu merupakan cakal-bakal Angkatan Perang kita sxbelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. 41 Bermain, Sekolah, dan Mengaji penyakit syaraf. Mohammad Taher ibarat: Hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya.

Diutamakan hafal lagu kebangsaan Jepang Kimigayo

bahasa Inggris dan ilmu manajemen DUKUN TUA RENTA LEBIH HEBAT DARI MANTRI RS Dari sekolah inilah satu-satunya ijazah pendidikan formal Saya sempat belajar di bangku SMA sebentar Di perjalanan hidup saya peroleh berbagai ijazah pendidikan nonformal, Suatu hari ketika masih belajar di Standard Vervolkschoool saya dapat musibah. Waktu pause (istirahat) pelajaran kedua, saya main bola di pekarangan sekolah. Posisi saya kiri luar Tersebab berlaga kawan seregu Arisman (saya dengar dia terakhir di Bandung, Letnan Kolonel TNI) saya terjatuh tapi tidak keras. Tangan kanan saya patah. Patahannya meruncing, menembus keluar, hingga mengeluarkan darah Saya dibawa ke poliklinik. Mantri rumah sakit meluruskan patahan itu pakai penggaris dan dibalut verban sejak per- gelangan sampai siku. Dengan sendirinya lubang darah itu tersumbat, hingga menimbulkan pembengkakan yang makin hari makin besar. Umur beliau waktu itu sekitar 90 tahun Panasnya bukan main. Saya menjerit-jerit siang-malam.