Dari setoran itu, saya kebagian 5-10 persen.

Apalagi masuk MULO (Meer Vitgebeid Lager Onderwijs) kira-kira sama dengan SMP sekarang.

Sekolah tersebut di Sumatra Barat waktu itu hanya dua, masing-masing di Bukittin ada pula sekolah guru rendah Kweekschool dan sekolah mendidik pribumi menjadi pegawai/pamong, OSVIA (Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) Jauh sekali untuk mencapai AMS (Algemene Middelbare Schoo) yang hanya ada di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta Mereka yang masuk ke sekolah Belanda itu dilihat dulu siapa orangtuanya, kerja di mana dan berapa pajaknya (belasting).

Pajak ini untuk mengetahui berapa penghasilan seseorang tiap 47 asa MINGGAT PERTAMA: SUDAH MALAS SEKOLAH INGIN MENGGALAS esungguhnya saya sudah malas sekolah.

Saya ingin menggalas (jadi pedagang) dari pekan ke pekan.

Itu telah saya lakukan secara kecil-kecilan, dagang beras, kelapa, cabe, durian, dan apa saja.

Beras dibeli di Palembayan, 18 km dari Lawang.

Beras dibeli di Palembayan, 18 km dari Lawang

Dijujung di atas kepala dengan kemampuan sekitar 15 liter.

Sering mem- beli kelapa, durian, bawang dan cabe ke Bayur, kemudian mendaki ke Lawang.

Lalu lintas jarak sekitar 10 km dalam hutan itu cukup ramai.

Terdapat 3-4 lepau buat istirahat.

Tak ada angkutan mobil.

Transportasi angkutan barang, cuma pedati yang ditarik kerbau dan kecepatannya sekitar 3-4 kilometer perjam.

Adalah lebih baik membawa barang dengan jalan kaki, dibanding diupahkan dengan pedati, kecuali yang berat-berat.

Saat ini, jalan setapak itu dimanfaatkan turis-turis asing menikmati alam bebas tanpa polusi.

Mereka 2-3 orang saja, tetapi tidak ngeri, walau sepi.

Sekitar awal Agustus 1945 saya sudah sangat malas me- nyambung sekolah.

Sehari-hari luntang-lantung di kampung.

Hari-hari pasar di Lawang, Senin-Jumat, saya menjajakan sabun, rokok, korek api, dan sebagainya.

Semua diambil dari kedai pak Etek Sutan Lembang.

Yang laku, sore disetorkan.

Sisanya dilkembalikan.

Dari setoran itu, saya kebagian 5-10 persen.

Dari setoran itu, saya kebagian 5-10 persen.

Pada hari-hari biasa, saya rajin membantu orangtua, ke sawah dan ladang, menum- 49 Resah Gelisah Masa Remaja bersamaan waktu Bapak dari sawah untuk salat zuhur dan makan siang.

Rumah akan kosong lebih kurang tiga jam Moment begitulah yang kami manfaatkan.

Saya cari kunci lemari di mana biasa Bapak simpan.

Dengan konsentrasi, saya ucapkan, "Bismillahirrahmanirrahim." Saya buka lemari dan saya balik balik lipatan pakaian.

Astagfirullah, terlihat sejurm lah perhiasan emas.

Saya tahan diri untuk tidak meraup semuanya.

Cuma sebagian saja, plus 2-3 helai kain batik halus, dan beberapa rupiah tunai.

Dengan tergopoh-gopoh, bungkusan kecil saya kepit baik baik, lalu saya ucapkan Assalamualaikum di tangga terakhir Dalam hati, saya ucapkan pula selamat tinggal kepada rumah di mana saya lahir dan dibesarkan.

Comments

Popular posts from this blog

Aqiqah Bandung Timur : Dasar-dasar dapur pan-Asia adalah bumbu dan pati

Catering Jogja Murah : Cara Memasak Daging dari Julia Child Dengan Allspice Dry Rub

Sewa Bus : Petualangan Paket Wisata di Andaz Mayakoba