Dia berangkat ke Jawa karena dia mau melanjutkan
Entah kapan akan kembali. Saya memintas melewati persawahan menuju rumah si Dul. Sebab jika lewat jalan besar bisa bertemu orang, Sampai di rumah si Dul, dia sudah standby mengepit buntelan berisi kain batik bagus-bagus, berikut perhiasan emas, milik uninya almarhumah Nurtini. Kami lari-lari kecil menuju kota Bukit- tinggi, berjalan kaki sekitar 25 km, lewat desa-desa Pantar Kampung Pisang, Sungai Jaring, dan Lambah Sianok. Zaman itu mobil penumpang umum hampir tidak ada. Kalau pun ada pakai minyak karet. Dalam perjalanan, berpapasan dengan beberapa orang yang kami kenal. Kami katakan mau ke Padang menggaleh (menggalas, berniaga). Waktu itu memang orang ramai ke Padang, setelah Jepang kalah dalam perang dunia II lawan Amerika dan sekutunya. Kota ini sedang terbuka untuk berdagang. Orang percaya karena saya dan Dul sedikit banyak memang turunan orang manggaleh Setiba di Bukittinggi, kami menuju rumah Mak Kari di Tembok. Bagi saya beliau memang mamak (om) sedangka